Analisis Komunikasi Organisasi pada Struktur Organisasi
dengan Penerapan
Sistem Manajemen Talenta
Pengertian Talenta
Banyak peneliti
memberikan berbagai definisi dari “talenta” dalam berbagai perspektif.
Buckingham dan Clifton (2001) dalam bathnagar (2008) menunjukkan talenta yang
mengacu pada alam berulang pola pikiran, perasaan atau perilaku yang dapat
diterapkan secara produktif. Talenta secara alami ada di dalam orang, sedangkan
keterampilan dan pengetahuan harus diperoleh. Mereka lebih memilih kekuatan
panjang, yang terdiri dari kombinasi pengetahuan, keterampilan, dan talenta.
Talenta adalah bawaan, sedangkan keterampilan dan pengetahuan dapat diperoleh
melalui pembelajaran dan praktek. Ketika talenta ditambah dengan pengetahuan
dan keterampilan, hasil menjadi kekuatan individu. Rath dan Conchie (2008)
menyatakan talenta akan stabil sepanjang waktu dan merupakan kunci untuk
efektivitas. Buckingham dan Clifton (2001) menekankan bahwa tidak pernah
mungkin untuk memiliki kekuatan tanpa talenta yang diperlukan.
Morton (2004) dalam bathnagar (2008) mendefinisikan talenta sebagai seorang individu yang memiliki kemampuan untuk membuat perbedaan yang signifikan dengan kinerja saat ini dan masa depan perusahaan. Goffee dan Jones (2007) menyatakan bahwa talenta adalah beberapa ide-ide karyawan, pengetahuan dan keterampilan yang memberikan mereka potensi untuk menghasilkan nilai yang tidak proporsional dari sumberdaya yang mereka miliki. Tansley, Harris, Stewart, dan Turner (2006) menyatakan bahwa talenta dapat dianggap sebagai kombinasi kompleks keterampilan karyawan, pengetahuan kemampuan, kognitif dan potensial. Nilai-nilai karyawan dan preferensi pekerjaan adalah juga sangat penting.
Morton (2004) dalam bathnagar (2008) mendefinisikan talenta sebagai seorang individu yang memiliki kemampuan untuk membuat perbedaan yang signifikan dengan kinerja saat ini dan masa depan perusahaan. Goffee dan Jones (2007) menyatakan bahwa talenta adalah beberapa ide-ide karyawan, pengetahuan dan keterampilan yang memberikan mereka potensi untuk menghasilkan nilai yang tidak proporsional dari sumberdaya yang mereka miliki. Tansley, Harris, Stewart, dan Turner (2006) menyatakan bahwa talenta dapat dianggap sebagai kombinasi kompleks keterampilan karyawan, pengetahuan kemampuan, kognitif dan potensial. Nilai-nilai karyawan dan preferensi pekerjaan adalah juga sangat penting.
Manajemen Talenta
Menurut Mihelic
dan Plankar (2010) Istilah “talent management” mengandung arti
yang berbeda
dalam organisasi yang berbeda. Pada beberapa organisasi diartikan sebagai
manajemen individu bernilai tinggi atau lebih “bertalenta” dibanding yang
lainnya yaitu mengenai bagaimana talenta dikelola secara umum – misalnya
sebagai asumsi bahwa semua orang memiliki talenta yang harus diketahui dan
dimunculkan. Dari sudut pandang talent management, penilaian karyawan
memperhatikan penilaian pada dua bidang utama, yaitu: kinerja dan potensi.Kinerja karyawan saat ini dalam pekerjaan tertentu selalu menjadi alat ukur penilaian standar profitabilitas karyawan. Namun talent management juga berusaha untuk fokus pada potensi karyawan, dalam arti kinerja karyawan di masa yang akan datang akan lebih baik jika disertai dengan pengembangan kemampuan yang tepat dan peningkatan tanggung jawab.
Talent Management merupakan inti dari konsep Human Capital. Kesuksesan suatu perusahaan sangat ditentukan oleh Talent Management Strategy yang digunakan. Menurut PPM Management (2010), ketika berbicara mengenai Talent Management Strategy, maka yang pertama kali harus dimiliki oleh perusahaan adalah gambaran kebutuhan talenta yang diperlukan. Pada umumnya perusahaan sudah menyadari kebutuhan talenta berdasarkan visi, misi, strategi, dan nilai perusahaan. Namun ternyata perkiraan kebutuhan talent berdasarkan tantangan industri di masa mendatang sering dilupakan. Padahal bila tantangan industri tidak dipertimbangkan, bisa dipastikan perusahaan akan kekurangan talenta pada saat dibutuhkan ke depannya.
Talenta dan Manajemen Karir.
Salah satu tujuan dari Talent Management
(TM) adalah untuk membangun blok bangunan sehingga manajer dan SDM dapat
menemukan talenta individu dan menempatkan mereka di mana bisnis dan individu
akan lebih bermanfaat (Alstom, 2009).
Manajemen karir berusaha untuk membuat pertandingan terbaik antara aspirasi pribadi dan tujuan karyawan dan kebutuhan bisnis dan kelompok. Karyawan, manajer, dan profesional HR didorong untuk bekerja sama untuk mengidentifikasi karir bergerak baik ke atas maupun lateral dengan keterampilan mengevaluasi, kebutuhan pribadi dan profesional, serta kebutuhan bisnis.
Filosofi di balik Siklus Manajemen pengembangan karir adalah (Alstom dalam Mihelic dan Plankar, 2010) :
a) Alur kinerja individu untuk departemen / unit usaha / wilayah / fungsi tujuan agar setiap individu memahami dengan jelas sumbangan khusus yang di buat bagi keberhasilan perusahaan secara keseluruhan.
b) Pastikan bahwa Individu memiliki kesempatan untuk mengembangkan talenta dan kemajuan dalam karir mereka untuk yang terbaik dari kemampuan mereka dan sesuai dengan aspirasi mereka.
c) Pastikan penghargaan mengenali kinerja individu dan tingkat kontribusi.
Manajemen karir berusaha untuk membuat pertandingan terbaik antara aspirasi pribadi dan tujuan karyawan dan kebutuhan bisnis dan kelompok. Karyawan, manajer, dan profesional HR didorong untuk bekerja sama untuk mengidentifikasi karir bergerak baik ke atas maupun lateral dengan keterampilan mengevaluasi, kebutuhan pribadi dan profesional, serta kebutuhan bisnis.
Filosofi di balik Siklus Manajemen pengembangan karir adalah (Alstom dalam Mihelic dan Plankar, 2010) :
a) Alur kinerja individu untuk departemen / unit usaha / wilayah / fungsi tujuan agar setiap individu memahami dengan jelas sumbangan khusus yang di buat bagi keberhasilan perusahaan secara keseluruhan.
b) Pastikan bahwa Individu memiliki kesempatan untuk mengembangkan talenta dan kemajuan dalam karir mereka untuk yang terbaik dari kemampuan mereka dan sesuai dengan aspirasi mereka.
c) Pastikan penghargaan mengenali kinerja individu dan tingkat kontribusi.
People review adalah proses SDM kunci karena
membantu untuk mengidentifikasi talenta, penggantian dan kebutuhan suksesi, membantu
individu untuk mendeteksi dan memilih peluang karir dan tujuan pembangunan,
mendukung penghargaan dan strategi retensi dan mendukung mobilitas internal.
Sistem ini telah dirancang untuk memastikan bahwa itu adalah proses yang berkelanjutan secara sistematis mengidentifikasi, menilai dan mengembangkan talenta dan untuk memastikan kompetensi teknis yang efektif dan kemampuan kepemimpinan operasional untuk semua posisi kunci dalam kelompok (Alstom, 2009).
Sistem ini telah dirancang untuk memastikan bahwa itu adalah proses yang berkelanjutan secara sistematis mengidentifikasi, menilai dan mengembangkan talenta dan untuk memastikan kompetensi teknis yang efektif dan kemampuan kepemimpinan operasional untuk semua posisi kunci dalam kelompok (Alstom, 2009).
Berikut adalah
penjabaran solusi dari beberapa isu yang menjadi permasalahan dalam perusahaan
:
solusi
Strategi yang diambil perusahaan adalah merekrut karyawan lulusan
pendidikan S1 untuk memberi tenaga baru dengan kapasitas intelektual yang
diinginkan.
Tahun pertama bagi karyawan baru adalah mengikuti kombinasi pelatihan
teknis dengan mendapatkan pengalaman di lapangan di profit center. Pada
awal tahun, masing-masing profit center mengidentifikasi lulusan S1 yang
dibutuhkan, dengan menanggung biaya perekrutan dan pelatihan.
Program perekrutan karyawan baru dikelola oleh Departemen SDM Grup, yang
juga memonitor perkembangan karyawan yang direkrut sejak awal tahun. Salah satu
sasaran dari proses ini adalah mengidentifikasi pola dan tren yang akan
membantu memastikan proses seleksi awal dapat mengidentifikasi karakteristik
karyawan yang baru direkrut yang membuat kemajuan terbaik dari segi
pengembangan karier.
Bagi mereka yang sudah berada dalam perusahaan yang telah lolos program
pelatihan, proses pengembangan karier membawa mereka melewati serangkaian
peningkatan level tanggung jawab untuk mencapai hasil tertentu.
Inilah strategi manajemen talenta instrinsik yang diperkuat dengan budaya
perusahaan. Ketika seorang karyawan berhasil menunjukkan kemampuan untuk
menjalankan suatu level tanggung jawab tertentu – misalnya sebagai pemimpin tim
atau manajemen proyek – mereka berhak untuk menerima peran dengan lingkup
tanggung jawab yang lebih besar dan lebih luas.
Mereka menjadi sangat akrab dengan perencanaan keuangan dan pemodelan laba
karena mereka juga menjadi bagian dari proses perencanaan anggaran tahunan.
Pada tahap tertentu dalam karier mereka maju ke hadapan panel promosi.
Salah satu sasaran panel ini adalah untuk memastikan bahwa karyawan berkinerja
tinggi di divisi-divisi tidak akan terlewat untuk mendapat kesempatan memegang
peran eksekutif pada bagian lain yang perlu diisi.
Dari
penjabaran solusi diatas, dapat kita lihat bahwa perusahaan memang sudah
benar-benar disiapkan untuk kemajuannya. Pola komunikasi yang perusahaan
gunakan mulai perekrutan hingga pada level jabatan paling tinggi dalam
perusahaan sangat terbuka. Apabila kita rujuk pada tujuan manajemen talenta,
hal ini semata diperuntukkan bagi kemajuan perusahaan yang mengedepankan pada
budaya kerja keras kariyawan sehingga dalam lingkup perusahaan tercipta sebuah
budaya tersendiri. Dari sini dapat terlihat beberapa cara yang digunakan
perusahaan dalam komunikasi organisasi. Berikut pola komunikasi organisasi yang
digunakan oleh struktur organisasi manajemen talenta :
Meskipun
semua organisasi harus melakukan komunikasi dengan berbagai pihak untuk
mencapai tujuannya, pendekatan yang dipakai antara satu organisasi dengan
organisasi yang lain bervariasi atau berbeda-beda. Untuk organisasi berskala
kecil mungkin pengaturannya tidak terlalu sulit sedangkan untuk perusahaan
besar yang memiliki ribuan karyawan maka penyampaian informasi kepada mereka merupakan pekerjaan
yang cukup rumit. Untuk itu, menentukan suatu pola komunikasi yang tepat dalam
suatu organisasi merupakan suatu keharusan. Berikut adalah jaringan komunikasi
organisasi yang diterapkan pada organisasi manajemen talenta diatas, yaitu :
Jaringan Komunikasi
Informal (Muhammad, 1995:102)
Dalam jaringan komunikasi informal
orang-orang yang ada dalam suatu organisasi baik secara jenjang hirarki,
pangkat dan kedudukan/ jabatan dapat berkomunikasi secara leluasa. Namun jenis
komunikasi ini karena sifatnya yang umum, informasi yang diperoleh seringkali
kurang akurat dan tidak dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya, karena
biasanya lebih bersifat pribadi atau bahkan sekadar desas-desus.
Di dalam jaringan komunikasi informal ini,
tentunya ada berbagai macam informasi yang mengalir. Namun ada dua tipe informasi
yang paling utama atau paling sering menjadi pembicaraan utama dalam komunikasi
informal dalam suatu organisasi, yakni: gosip dan rumor.
Pola jaringan komunikasi informal sangat
penting bagi organisasi namun bila proses pelaksanaannya tidak efektif bisa
memberikan kerugian seperti dari sisi individual sering membuat frustasi atau
menjengkelkan pihak tertentu khususnya tentang keterbatasan untuk masuk ke
dalam proses pengambilan keputusan. Dimana banyak jalur yang harus dimasuki/
dilewati sebelum langsung ke pengambilan keputusan. Dari sisi perusahaan
kemungkinan munculnya distorsi atau gangguan penyampaian informasi ke level
yang lebih tinggi, karena setiap keterkaitan jaringan (link) dalam jalur
komunikasi dapat mengambarkan suatu kemungkinan munculnya kesalah pahaman.
Komunikasi Jabatan dan
Hubungan Informal
Ciri – ciri suatu organisasi formal
berkaitan dengan suatu fenomena yang disebut komunikasi jabatan (Redfield,
1953). Hubungan dibentuk antara jabatan
– jabatan, bukan antara orang –
orang, karena keseluruhan organisasi terdiri dari jaringan jabatan.
Dalam setiap organisasi formal biasanya tumbuh pula kelompok –
kelompok informal. Karena hubungan informal terbentuk sebagai respon
terhadap berbagai kesempatan yang diciptakan lingkungan, organisasi formal
merupakan lingkungan kelompok lebih nyata yang mempengaruhi jumlah dan
pelaksanaan hubungan informal dalam organisasi.
Selain
solusi yang dilakukan oleh organisasi manajemen talenta perusahaan diatas,
perusahaan (organisasi) juga memberikan beberapa program tambahan sebagai
program penguatan solusi yang dilakukan oleh perusahaan. Berikut kutipan
program penguatan tersebut.
Program penguatan
Pada awal penyerapan budaya perusahaan, para karyawan baru melalui proses
osmosis – melihat dan meniru. Ketika perusahaan berkembang, mulai disadari
bahwa proses ini memerlukan dokumentasi dan pelatihan formal. Pesatnya
perkembangan perusahaan, menuntut perekrutan karyawan besar-besaran yang
mengharuskan formalitas dokumentasi dan pelatihan.
Panel promosi ditetapkan melalui proses formal untuk menominasikan kandidat
yang akan dipromosikan. Salinan hasil evaluasi kinerja terbaru didukung dengan
aplikasi ini. Pada level senior, kursus pelatihan tertentu diidentifikasi yang
memberi pendidikan dalam perencanaan korporat, manajemen program dan berbagai
keterampilan lunak (soft skill).
Meskipun perusahaan tidak secara formal menyeponsori karyawannya mengambil
kursus MBA, perusahaan melakukan perekrutan manajer senior dengan kualifikasi
lulusan program MBA dan menyerap keahlian mereka ke dalam budaya.
Meskipun perusahaan belum memutuskan untuk mengembangkan strategi manajemen
talenta, struktur yang diadopsi dan budaya perusahaan yang memayunginya,
berkontribusi pada pengembangan falsafah talenta dalam strategi formal.
Penjelasan
program penguatan diatas menunjukkan adanya indikasi penerapan strategi formal
sebagai penguat strategi informal. Dapat kita fahami bahwa jaringan komunikasi
informal yang diterapkan pada organisasi berstruktur formal atau organisasi
manajemen talenta tidak serta merta hanya menggunakan sebuah pola komunikasi
pada organisasi. Program penguatan yang berpegang pada pola jaringan komunikasi
formal tetap digunakan dan bahkan dibutuhkan oleh sebuah organisasi sebagi
penyeimbang dalam menjaga keberlangsungan organisasi. Bagaimana bentuk jaringan
komunikasi formal? Berikut penjelasanya.
Jaringan Komunikasi
Formal
Dalam struktur garis, fungsional maupun
matriks, nampak berbagai macam posisi atau kedudukan yang masing-masing sesuai
batas dan tanggung jawab dan wewenangnya. Dalam kaitannya dengan proses
penyampaian informasi dari pimpinan kepada bawahan ataupun dari para manajer
kepada karyawannya, pola transformasinya dapat berbentuk downward communication, upward communication,
horizontal communication dan diagonal communication.
Komunikasi dari atas ke bawah merupakan
aliran komunikasi dari atasan ke bawahan, dimana umumnya terkait dengan
tanggung jawab dan wewenang seseorang dalam suatu organisasi. ada lima tujuan
pokok yaitu :
1. Memberi pengarahan atau instruksi kerja.
2. Memberi informasi mengapa suatu
pekerjaan harus dilaksanakan.
3. Memberi
informasi tentang prosedur dan praktik organizat ional.
4. Memberi umpan balik pelaksanaan kerja
kepada karyawan.
5. Menyajikan informasi mengenai aspek
ideologi yang dapat membantu Organisasi menanamkan pengertian tentang tujuan
yang ingin dicapai.
Salah satu kelemahan jaringan komunikasi ini
adalah kemungkinan terjadinya penyaringan informasi atau sensor informasi
penting sebelum disampaikan kepada para bawahan. Untuk komunikasi dari bawah ke
atas menunjukkan partisipasi bawahan dalam proses pengambilan keputusan akan
sangat mebantu pencapaian tujuan organisasi. Sementara untuk mencapai
keberhasilan komunikasi ke atas ini, para manajer harus memiliki rasa
percayakepada para bawahannya.
Untuk komunikasi horizontal adalah
komunikasi yang terjadi antara bagian-bagian yang memiliki posisi sejajar atau
sederajat dalam suatu organisasi. Adapun tujuan jaringan komunikasi ini adalah
untuk melakukan persuasi, mempengaruhi dan memberi informasi kepada bagian atau
departemen yang memiliki kedudukan sejajar. Kebanyakan manajer suka melakukan
tukar menukar informasi dengan para temannya yang berbeda departemen terutama
apabila muncul masalah-masalah khusus dalam organisasi perusahaan.
KESIMPULAN
Manajemen
talenta sangat penting bagi perusahaan yang memposisikan karyawannya sebagai
aset perusahaan. Karyawan berusaha bekerja untuk atasan terbaik sedangkan organisasi
berusaha untuk menjadi perusahaan terbaik pada tempat mereka bekerja. Untuk mewujudkan
tujuan ini, penting memperoleh, memotivasi, terlibat dan mengembangkan talenta
terbaik.
Orang
ingin bekerja untuk perusahaan yang membayar kompensasi yang adil, hidup dan
kerja dengan dukungan program keseimbangan, memberikan kesempatan untuk belajar
dan tumbuh, memberi mereka perasaan afiliasi dengan perusahaan dan menawarkan
mereka pekerjaan yang berarti.
Sebagai bentuk pengembangan sebuah organisasi manajemen
talenta mengedepankan saling keterbukan diantara sesama karyawan dalam
perusahaan. Keterbukaan dalam berkomunikasi diantara para pemegang jabatan
paling tinggi dan pemegan jabatan paling
rendah menghasilkan sebuah pengembangan perusahaan yang tidak hanya
berorientasi pada kesuksesan organisasi/perusahaan semata. Melainkan dapat
menciptakan sebuah budaya tersendiri bagi perusahaan yang mengorientasikan pada
pengembangan mutlak (organisasi dan anggota). Akan tetapi, meskipun
organisasi/perusahaan menerapkan pola komunikasi informal (dua arah; atas
kebawah dan bawah keatas) tidak menutup kemungkinan bagi organisasi/perusahaan
untuk tetap menggunakan jaringan komunikasi formal (satu arah; dari atas
kebawah). Sebagai bentuk dan upaya struktural yang dterapkan pada sebuah
organisasi/perusahaan tersebut.
Studi kasus 2
ANALISIS KOMUNIKASI ORGANISASI PADA PERUSAHAAN SUYANTO
#
Prinsip
wewenang dan tanggung jawab, Fayol percaya bahwa seorang manajer harus mendapat
pendelegasian wewenang yang cukup untuk melaksanakan tanggung jawab yang
dibebankan kepadanya. Karena tanggung jawab yang dibebankan kepada manajer
teras lebih penting bagi masa depan organisasi dibandingkan dengan tanggung
jawab manajer rendahan, jelaslah bahwa prinsip tersebut menimbulkan pemusatan
wewenang. Pemusatan wewenang merupakan akibat logis yang bukan saja karena
pimpinan teras memiliki tanggung jawab besar, melainkan juga karena pekerjaan
pada tingkatan ini lebih kompleks, jumlah karyawan yang terlibat lebih banyak,
dan hubungan antara tindakan dan hasil amat jauh. (Gibson, Ivancivich,
Donnelly, Organisasi, 1994)
Pola Komunikasi Perusahaan Suyanto
Bagan diatas menunjukan peraturan
pelaporan (komunikasi organisasi) perusahaan Suyanto yang semestinya. Namun
pada prektiknya, terjadi pelanggaran yang dilakukan oleh Kepala Departemen
(Citra) pada pelaporan-pelaporan tertentu yang tidak mengindahkan peraturan.
Citra yang dalam kasus ini, tanpa memandang Wakil Direktur (Surya) sebagai
atasan, melakukan pelaporan secara langsung kepada Direktur Utama. Apabila kita
lihat dari komunikasi organisasi pada perusahaan ini seharusnya citra terlebih
dahulu melaporkan hal-hal apapun yang menjadi kebutuhannya kepada surya.
Kemudian surya lah yang menjabat sebagai Wakil Direktur akan menyampaikan
kebutuhan kepada Direktur Utama. Karena posisi Surya merupakan penanggung jawab
dari Departemen yang di kepalai oleh Citra.
Jika merujuk pada pendapat Fayol
diatas, dalam kasus ini bukan saja hanya kesalahan citra semata. Akan tetapi
yang lebih harus diperhatikan adalah bagaimana peran Direktur Utama sebagai
pimpinan umum perusahaan ikut andil menyalahi aturan perusahaannya sendiri.
Sedangkan pihak yang paling dirugikan dalam kasus ini jelas sudah yaitu Surya
yang menjabat sebagai Wakil Direktur. Maka, sebagai atasan dan bawahan yang
baik rasanya Surya perlu melakukan tindakan sebagai solusi dari permasalahan
dalam organisasi perusahaan.
Karena permasalahan pada kasus
diatas adalah permasalahan komunikasi maka solusi pertama yang harus dilakukan adalah meningkatkan komunikasi dalam
organisasi. Para pimpinan yang berusaha keras untuk menjadi komunikator yang
baik mempunyai dua tugas terpisah yang harus mereka lakukan.pertama, mereka
harus meningkatkan pesan/informasi yang ingin mereka sampaikan dan kedua,
mereka harus berusaha meningkatkan pemahaman mereka sendiri tentang apa yang
ingin dikomunikasikan orang lainkepada mereka. Kedua, melakukan tindak lanjut. kemudian ketiga, mengatur arus informasi. Teknik ini meliputi pengaturan
komunikasi guna menjamin arus informasi yang optimal kepada pimpinan, sehingga
meniadakan hambatan. Komunikasi diatur dalam kaitannya dengan mutu dan jumlah.
Gagasan ini didasarkan pada prinsip
pengecualian manajemen, yang menyatakan bahwa hanya penyimpangan penting
dari kebijaksanaan dan prosedurlah yang harus diperhatikan oleh atasan. Dalam
kaitannya dengan komunikasi formal, berarti bahwa atasan hanya perlu
dikomunikasikan jika, terjadi hal-hal yang bersifat luar biasa dan bukan
sekedar demi komunikasi itu sendiri.
#
Indikasi
sistem penggajian yang diterapkan pada perusahaan Suyanto ini mengacu pada
teori Struktural klasik. Sebagaimana terlihat pada kasus penggajian terhadap
Surya yang menerima gaji lebih kecil dibandingkan dengan rekan kerjanya Selamet
yang memiliki kedudukan sama seperti Surya. Bahkan gaji Surya juga lebih kecil
dari pada gaji yang diterima Citra sebagai bawahan Surya. Upaya menganalisis kasus yang terjadi pada
perusahaan Suyanta sehingga sampai pada kesimpulan bahwa perusahaanya
menerapkan teori Struktural klasik dapat lebih kita pahami pada penjelasan
berikut ini.
Teori Struktural Klasik
Organisasi Sosial
Istilah organisasi sosial merujuk pada
pola –
pola interaksi sosial (frekuensi dan lamanya kontak antara orang –
orang; kecenderungan mengawali kontak; arah pengaruh antara orang –
orang; derajat kerja sama; perasaan tertarik, hormat, dan permusuhan; dan
perbedaan status) dan regularitas yang teramati dan perilaku sosial orang –
orang yang disebabkan oleh situasi sosial mereka baik oleh karakterist ik fisiologis
atau psikologis mereka sebagai individu.
Berlu (1960) menyarankan bahwa komunikasi
berhubungan dengan organisasi sosial melalui t iga cara:
1. Sistem sosial dihasilkan lewat komunikasi
2. Bila suatu sistem sosial telah
berkembang,ia menentukan komunikasi – komunikasi anggotanya
3.
Pengetahuan mengenai suatu sistem sosial dapat membantu kita membuat
prediksi yang akurat mengenai orang
– orang tanpa mengetahui lebih
banyak daripada peranan – peranan yang mereka jabat dalam sistem
Organisasi Formal Organisasi yang sengaja dibentuk untuk mengatur sistem kerja
formal yang biasa diebut sebagai birokrasi yang mana ada suatu tujuan yang
ingin dicapai, peraturan – peraturan yang harus diikuti, dan struktur status
secara sengaja dirancang untuk mengantisipasi maupun mengarahkan interaksi dan
kegiatan – kegiatan anggota.
Karakteristik
Birokrasi Weberian
Ciri-ciri organisasi terbirokrasi yang
ideal menurut analisis dari karya Weber, yaitu:
1.
Suatu organisasi terdiri dari hubungan-hubungan yang ditetapkan antara jabatan-jabatan.
Blok-blok bangunan dasar dari organisasi formal adalah jabatan-jabatan.
2.
Tujuan atau rencana organisasi terbagi kedalam tugas-tugas, tugas organisasi
disalurkan di antara berbagai jabatan sebagai kewajiban resmi.
3. Kewenangan untuk melaksanakan kewajiban
diberikan kepada jabatan (kewenangan legal).
4. Garis-garis kewenangan dan jabatan
diatur menurut suatu tatanan hierarkis.
5. Suatu sistem aturan dan regulasi yang
umum tetapi tegas yang ditetapkan secara formal, mengatur tindakan-tindakan dan
fungsi-fungsi jabatan dalam organisasi.
6. Prosedur dalam organisasi bersifat
formal dan impersonal, yakni peraturan-peraturan organisasi berlaku bagi setiap
orang.
7. Suatu sikap dan prosedur untuk
menerapkan suatu sistem disiplin merupakan bagian dari organisasi.
8. Anggota organisasi harus memisahkan
kehidupan pribadi dan kehidupan organisasi.
9.
Pegawai dipilih untuk bekerja dalam organisasi berdasarkan kualifikasi
teknis, alih-alih koneksi politis, koneksi keluarga, atau koneksi lainnya.
10. Meskipun pekerjaan dalam birokrasi
berdasarkan kecakapan teknis,kenaikan jabatan dilakukan berdasarkan senioritas
dan prestasi kerja.
Pada
kasus kebijakan penggajian yang terjadi diperusahaan Suyanto ini dapat kita
lihat beberapa faktor yang menjadi indikasi dalam penerapan kebijakan
penggajian terhadap karyawan perusahaan. Faktor paling utama yang dapat
terlihat yaitu senioritas (kedekatan). Kedekatan ternyata menjadi hal penting dalam
mempengaruhi kebijakan penggagian pada perusahaan yang menerapkan toeri
Struktural klasik seperti perusahaan Suyanto. Kedekatan dalam hal ddapat
diartikan dengan senioritas pula. Orang yang lebih lama bekerja dalam suatu
perusahaan tertentu, tentu akan memiliki kedekatan lebih apabila dibandingkan
dengan orang yang baru bekerja. Dalam artian semakin lama karyawan mengabdi
pada perusahaan maka semakin besar pula gaji yang akan diterima.
0 komentar:
Posting Komentar